Kamis, 23 Juni 2011

Berfikir Miring Diantara Orang Miring

Banyak hal yang dikatakan yang bertentangan didunia ini tapi katanya hanya berbeda tipis, contoh mudahnya gila dengan jenius, cinta dan nafsu dan masih banyak lagi (sebenarnya sudah tidak bisa menyebutkan lagi). Tapi entah bagiku semuanya itu sama, andaikan gila dan jenius itu digambarkan oleh benda maka mereka adalah benda yang sama begitu juga cinta dan nafsu, bingung? pasti enggaklah!

Contoh mudah, misalkan cinta itu pisau, maka nafsu itu juga pisau lalu dimana perbedaannya? yah bagaimana kita menggunakan pisau itu, disaat pisau itu digunakan sesuai peruntukannya misal buat memotong sayur, buah dan memang peruntukannya maka istilahkan aja itu cinta, dan sebaliknya disaat pisau digunakan untuk memotong urat tangan sendiri, memotong panci bahkan rumah (terlalu lebay ini sih) maka ibaratkan aja itu nafsu karena bukan sesuai SOP yang sudah ditetapkan (bukan saya yang menetapkan lho).

Yah menyimpulkan sesuatu kadang mudah, ada yang cukup melihat sekali, atau beberapa kali atau sering kali yang pasti apa yang kita lihat itulah biasanya menjadi kesimpulannya. Disaat semua dilakukan sesuai peruntukannya, maka hasil yang didapatkan maksimal dan juga mengurangi resiko yang timbul. Walaupun beberapa kasus mungkin kita suka menggunakan benda yang tidak sesuai tetapi bisa, anggaplah itu hanya untuk beberapa kasus.


Begitu juga hidup, kita harus yakin bahwa setiap makhluq yang diciptakan pasti sudah mempunyai tugas dan begitu juga benda mempunyai manfaat dan mudharatnya dan juga akibatnya, jadi pantaslah manusia diberi akal agar bisa berfikir karena yang ga mau berfikir cuma hewan.

Sebenarnya ini udah jauh dari yang sebenarnya mau aku tulis dan sebenarnya teori bualan diataspun hanya teori dan sangat lemah, karena itu bila digambarkan dengan benda, tetapi mereka sifat. Andaikan mereka benda yang sama kenapa dalam bentuk sifat digambarkan berbeda?, apa cinta dan nafsu (kok contohnya ini lagi?) adalah sudah dalam bentuk perbuatan? Andaikan itu adalah bentuk perbuatan maka sifat apa yang yang menggambarkan 2 kata itu? Pisau tadi saat digunakan yang benar atau namanya tetap pisau, tetapi sifat ini ??

Arrgghh… biarkan saja para ilmuan atau ahli bahasa ataupun ahli filosofi menggambarkannya atau memberi kata mudah untuk kita, cukuplah saatnya kita berfikir miring, jangan sampai salah miringnya bila miring kearah yang benar maka kita lurus tetapi bila miringnya salah maka akan terbalik, bingung? Sama :-D !
Bagiku kita sedang hidup dunia yang miring, dimana yang miring itu dianggap lurus oleh banyak orang, disaat seorang anak yang mengatakan kejujuran soal mencontek massal malah dia dan sekeluarga di usir warga sekitar, dan hebatnya ada juga sekolah lain yang meniru hahaha.. Siapa yang edan yah ?

Tapi kita pasti tahu apa yang biasanya orang jawab sewaktu ditegur saat melakukan kesalahan, “Ah, sok alim lu”, “ Yang haram aja susah, apalagi yang halal”, “Benerin diri sendiri dulu baru nasehatin orang lain” atau yang parahnya “ mau ceramah di masjid aja sana” aku percaya bahkan di zaman crestasius pun tidak sekejam ini (terlalu lebay).

Apakah yang salah? Cara mendidik orang tua? Lingkungan yang merusak? Atau pemerintah yang tidak taat kepada Alloh? Padahal para pemimpin bukannya tidak taat, tetapi “hanya” menandingi Alloh sebagai pemilik segala hukum dengan kata ampuh mereka “Syariat islam kurang cocok, lebih cocok Pancasila di negara ini” percayalah kawan hanya Tandingan Allohlah dan para penyembahnya yang mengatakan seperti ini, mereka mengambil hak prerogatif Alloh dalam membuat hukum dengan menentangnya, Gila? Tidak kawan tanyalah orang sekitar kita.

Jadi, apakah patokan kita untuk melihat lurus? Mengaku islam tapi tidak mau menjalankan hukum Alloh maka tetap aja miring, benci terhadap hukum sekarang tetapi tidak mau juga dengan hukum Alloh malah tambah miring bahkan terbalik, atau mengaku islam dan mau terhadap hukum Alloh dan mencoba menereapkannya disegala aspek? Tidak mudahkan? Kalau mudah maka tidak akan teruji mana yang sungguh-sungguh mana yang ikut-ikut, merasa hidup ini tidak adil? Ya memang tidak adil karena Alloh yang Maha Adil. Jadi saatnya meluruskan pandangan dan pemikiran semua orang yang bengkok, mulai dari diri sendiri baru menyebar, susah? Coba dulu!.

Kamis, 16 Juni 2011

Dunia Autis

kalau berbicara Autis mungkin yang menjadi bayangan kita yaitu anak-anak berkebutuhan khusus, dengan sifat mereka yang mau menang sendiri, tidak mau mendengarkan orang lain, wajah mereka yang khas. tentu mereka tidak bisa disalahkan atas keadaan mereka saat ini karena bukan merekalah "penyebab" atas yang menimpa mereka dan bukan juga aku menuduh Alloh dengan apa yang Alloh berikan ke mereka.

Menghujat Alloh, itulah yang aku lakukan dahulu sewaktu melihat anak-anak berkebutuhan khusus, memang terdengar seperti orang kafir yah dan memang aku hanya anak remaja kecil (masih SMP) yang belum begitu diberi pemahaman tentang islam, yang aku tahu hanya ibadah ritual yang sering dilakukan itupun masih bolong-bolong (sekarang kayaknya masih walaupun berkurang).

Aku hanya bisa menghujat, kenapa Alloh sangat tidak adil menciptakan orang-orang seperti mereka yang kebanyakan sangat "menyusahkan" dan membuat sedih orang sekitarnya, dengan sangat kesalnya aku berkata "kenapa Kau tidak menjadikan aku seperti mereka, mau berkebutuhan khusus, keterbelakangan mental, atau cacat fisik yang hanya membuat orang sekitarnya sedih atau kasihan terhadap mereka padahal hidup mereka sebenarnya tidak perlu dikasihani karena mereka sanggup untuk melakukannya".

Sampai sekarangpun sebenarnya aku paling tidak sanggup untuk melihat keadaan mereka, entah itu sifat alami yang timbul. Yah aku sadar itu dulu dan sekarang aku bertaubat karena aku yakin pasti ada hikmah dibalik ini semua, percaya atau tidak ternyata banyak orang terkenal dan sukses padahal mereka sebenarnya bisa dibilang orang-orang yang sangat "kurang" dalam kemampuan fisik dan mental daripada orang kebanyakan.

cukuplah nostalgianya setidaknya aku bukan si Jamal dalam film India yang dia menang kuis karena sebagian pertanyaannya sudah dia alami dalam hidupnya dan  setidaknya hidupku tidak sepahit apa yang dia alami dan juga toh itu hanya hiburan. Hiburan dalam TV itulah salah satunya yang membuat manusia banyak yang menjadi terhipnotis dan autis, atau setidaknya punya gejala yang sama dengan orang penyandang autis.

sadar atau tidak atau mungkin banyak sekarang orang yang pantas menyandang gelar autisme mungkin juga termasuk aku (lebih baik mengaku dulu hehe) Televisi, Internet dan Handphone penyebab utama banyak orang menjadi autis, lihat aja tingkah kita sewaktu asik dengan internet atau orang yang kita ajak komunikasi melalu HP? lupalah sekitar, seakan dunia hanya milik kita, kita lebih banyak berbicara dengan orang yang tidak ada dihadapan kita atau bahkan orang yang belum pernah kita jumpai sebelumnya dengan melupakan orang yang ada disekitarnya yang sebenarnya juga bisa di ajak ngobrol.

Kena deh ! ternyata media banyak yang membuat kita menjadi autis, sebenarnya aku bukannya mau mengecam ataupun menjelek-jelekkan orang yang mencari jodoh hanya sekedar kenal di jejaring sosial, chat atau lainnya (takut nanti malah aku sendiri begitu) tetapi begitulah jadinya emang benar membuat yang jauh menjadi dekat tetapi saat yang bersamaan membuat yang dekat menjadi jauh. coba lakukan beberapa koreksi

1. Sesering apa kita makan bersama dengan keluarga atau orang-orang terdekat?
2. Sejauh mana kita mengenal tetangga kita? (Ingat! Saat kita sakit atau meninggal maka tetangga terdekatlah yang sangat bisa membantu kita)
3. tambah sendiri aja :-D

Jangan sampai betah dalam kamar atau kost-an sampai-sampai itu kamar lebih jorok dari kamar Karl markx, bahkan tampang yang cakep gara-gara sibuk internetan udah kayak Karl markx yang tampangnya ga keurus (kenapa Karl markx lagi? biarin lah daripada kamu yang aku jadikan tumbal nyi loreng!! lho?) dah yang penting jangan kayak Karl markx yang kecewa lihat sebagian tingkah orang tapi malah men-judge semuanya.

Bukan hanya internet, televisi, games dan komikpun bisa membuat kita berkhayal kedunia fantasi buatan kita sendiri yang sampai-sampai malah menutupi kebenaran, udah ga tau kebenaran tukang mengkhayal lagi sedikit lagi predikat gila memang cocok disandangkan dan memang cocok untuk orang yang kecanduan dengan salah satu dari itu semua, tinggal pilih hidup senang dalam dunia khayalan kita atau mewujudkannya dalam dunia nyata jangan NATO!, make your choice.

Rabu, 15 Juni 2011

Yang Penting Nulis

Menulis adalah hal yang wajar dan lumrah, walaupun pak lumrah sangat sibuk untuk memberikan sosialisasi kepada para ketua RW setempat, loh itu lurah. Salah satu keuntungan saat kita hanya seorang pemula dalam penulis, bahasa kampungnya itu newbie, apapun yang kita tulis walaupun banyak salah orang lain lebih memaklumi kita hehe dengan senjata ampuh "maklum masih newbie".

Sebenarnya aku tertarik menulis untuk remaja, tentu banyak alasan yang bisa aku ungkapkan dari yang aku sendiri masih muda sampai memang aku belum tua, apa bedanya? bahasa remaja tentu bahasa sedikit formal, jadi lebih banyak alaynya tapi se enggak-enggaknya ga sampai se alay mereka yang menggabungkan huruf dengan angka, sumpah deh ababil (abg labil) banget gitu loch.

Kalo ditanya inspirasinya dari mana? hei inspirasi tidak terbatas, bisa dapet inspirasi sewaktu nongkrong di toilet sampai kontemplasi saat menggesek tembok rumah, heh! bukan saya itu sih. sebenarnya yang susah itu konsisten atau gaulnya itu istiqomah terhadap tulisan, tujuan dan makanan yang menemani sewaktu nulis, oke yang terakhir ga penting tapi butuh hehe..

Terserah, mau diejek orang, mau dibilang ga bagus, norak, meniru atau apapun tetap aja inilah aku, aku mencoba melakukan apa yang terbaik yang bisa aku lakukan, aku mau menulis untuk generasi masa depan agamaku, karena generasi pendahulu biasanya ngeyel kalo dinasehati yang lebih muda, mau jelek mau bagus aku tetap tampan, Pletak! maksudnya tetap ini karyaku. Aku mau melakukan sesuatu yang berguna atau mati sebagai sampah yang tak berguna, tulisan tetap sebuah senjata disaat ditarik pelatuknya maka dapat mengubah dunia (nyontek), Menulis untuk masa depan.