Kamis, 15 Maret 2012

BBM NAIK ? SAYA TURUT PRIHATIN !


Beberapa bulan ini berita di tivi kebanyakan seragam, dari masalah korupsi sampai yang paling hangat sehangat sinar matahari di siang hari (itu sih panas) yaitu masalah rencana kenaikan BBM (Bahan bakar Minyak) yang akan dilaksanakan awal bulan April ini. Menurut pemerintah inilah cara terakhir yang dilakukan pemerintah demi menyelamatkan negara ini dari kebangkrutan yang lebih parah.

Percayakah kalian bahwa negara ini bangkrut? Ah saya sih tidak, buktinya anggota DPR masih hidup makmur dengan tunjangan yang melimpah (total gaji dan tunjangan bisa sampai 50jt/bulan), bapak presiden SBY pun masih bisa membuat album, bahkan rencananya mau main film juga (walaupun sepertinya batal) dan rakyatnya setiap hari harus membayar pajak dari setiap barang yang mereka beli, tandanya rakyat kaya, buktinya sanggup bayar pajak.

Jadi sepertinya tak mungkin negara ini dibuat bangkrut, kalau bangkrut nanti presiden dan anggota DPR penghidupannya darimana? Yah dengan alasan daripada negara ini bangkrut lebih baik menaikkan harga BBM demi menyelamatkan negara, karena rakyat juga yang akan membeli BBM sedangkan para anggota dewan dan presiden? Loh, kan dapat tunjangan dari uang rakyat.

Alasan pemerintah lumayan banyak, dari konsumsi BBM subsidi yang menikmati lebih banyak golongan menengah keatas, dan paling penting harga minyak dunia yang semakin meningkat sehingga menigkat pula subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah sehingga rakyat yang mendapat tunjangan ini harus dikurangi takarnya, benarkah?

KEGANJILAN-KEGANJILAN

Banyak juga keganjilan-keganjilan bagi saya yang benar-benar aneh, saking anehnya saya kira pemerintah kita ini memang sudah gila.

Presiden SBY mengatakan waktu pidato pengantar RAPBN 2012 bahwa total subsidi tahun 2011 sebesar Rp. 237,2 Triliun ( itu kalau dibeliin kerupuk cukup buat nutupin pulau Jawa) fokus di Energinya (BBM dan listrik) total subsidinya Rp 195,723 triliun.

Hitungan gampang dari pemerintah itu dikatakan, harga minyak mentah dunia per barel ditambah biaya produksi minyak perbarel dan dikurangi selisih harga patokan di Indonesia, kalau disimulasikan maka jadi seperti dibawah ini :

Perkiraan harga minyak dunia 150$/Barrel dan biaya produksi 10$/barrel, 1Barrel di rata-rata 155 liter (tapi kalau ga salah 159 liter, biar gampang hitungnya), 1$ = Rp.9000,-

Harga minyak mentah   > 150 x 9000 = Rp. 1.350.000,-
Biaya produksi minyak > 10   x 9000 = Rp.  90.000,-

Total biaya minyak menjadi premium sekitar = Rp. 1.440.000,-/Barrel sama dengan Rp.9290,33/Liter

Kalau harga premiun di Indonesia Rp.4500/Liter maka pemerintah harus mensubsidi sekitar Rp.4800/Liter.

Biaya bisa membengkak lagi karena beberapa hal yang lebih aneh lagi, dari perusahaan asing yang mendulang minyak, jadi menurut perjanjian 15% itu milik perusahaan yang mendulang. Kalau Pertamina yaitu perusahaan pemerintah yang sanggung mengambil minyak dari tanah kita sendiri kenapa harus perusahaan asing sehingga kita harus membagi kepada pihak asing?

Belum lagi pemerintah harus mengimpor minyak demi kebutuhan dalam negeri, disisi lain kita juga meng ekspor minyak ke luar ??? apa Pertamina terlalu bodoh sehingga tidak sanggup mengolah minyak mentah menjadi premium?

Tentu aja hitungan sederhana dari pemerintah itu sangat aneh, kenapa?  Kenapa pemerintah mengikuti harga minyak dunia padahal pemerintah mengambil minyak dari tanah sendiri? Seharusnya pemerintah hanya dikenakan biaya pengambilan minyak sekitar 2-10$/Barrel, Amerika yang paling mahal biaya produksinya itu sektar 13$/Barrel, lalu kenapa pemerintah harus mematoki harga dunia yang 150$/barrel? Jadi jelas banget pemerintah itu hanya berjualan minyak kepada rakyat dengan alasan klise “disubsidi” karena harganya lebih murah dari harga minyak dunia.

Gampangnya, kenapa harga minyak yang hanya 10$/Barrel (dihitung biaya produksi memompa yang paling tinggi) dibilang 150$/Barrel mengikuti harga dunia? Jadi harga minyak yang kurang dari 1200 menjadi lebih dari 9000, lalu darimana pemerintah mensubsidi?

Mungkin setelah ini saya akan dibilang sok tahu, sok ngerti perhitungannya, ga ngerti apa-apa. Yah mau gimana lagi, pemerintah tidak mau menunjukkan secara detail cara perhitungan BBM, kalau masalah hitung-hitungan duit sih saya bisa walaupun angkanya sampai triliunan, yang saya dapat hitungan dari pemerintah ya seperti diatas, lalu saya bertanya tentang perhitungannya dianggap sok tahu?

Bukan jamannya lagi pemerintah membohongi rakyat, mereka boleh membohongi rakyat disetiap janji-janji mereka menjelang pemilu, mengendalikan media-media besar demi menutupi kebohongan mereka, dari kasus korupsi dialihkan kasus terorisme, sampai kenaikan BBM mau dicoba dialihkan berita-berita kecelakaan yang padahal kecelakaan itu memang selalu terjadi setiap hari.

Toh protes atau enggak BBM akan tetap naik, kemungkinan menjadi Rp.6000/Liter tentu disusul kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) tentu harga-harga yang lain juga naik. Akhirnya kemiskinan bertambah, pencuri atau perampok makin banyak, semakin banyak juga yang di penjara atau dibunuh, makin banyak nenek-nenek yang dipenjara karena mencuri singkong untuk makan, disisi lain para wakil rakyat tetap hidup mewah dan presiden hanya berkata “saya turut prihatin”.

Bukan jamannya lagi kita dibodohi, mereka bilang wakil rakyat padahal coba tanyakan rakyat adakah yang setuju BBM dinaikkan? Kalau pemerintah bilang itu satu-satunya solusi, yah memang sudah nasib ternyata demokrasi hanya sekedar nama, atau memang negara ini negara demokrasi dan mereka adalah wakil rakyat, rakyat ingin punya mobil mewah sudah mereka wakilkan, rakyat ingin hidup layak dan enak sudah mereka wakilkan, jadi rakyat silahkan hidup susah karena wakil rakyat sudah mewakili rakyat untuk hidup senang dan inilah demokrasi yang dibanggakan (saya tidak bangga).

 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. 7:96)

Jumat, 27 Januari 2012

MIKIRIN KAMU


Bagaimana hari kita sekarang? Apakah ada pekerjaan yang diselesaikan? So pasti ada! Atau ada masalah yang masih kita coba selesaikan? Berbicara masalah, setiap manusia mempunyai masalah masing-masing dengan tingkatan kesulitan yang berbeda, sebenarnya tingkat kesulitan sebuah masalah itu relatif mungkin aja masalah orang lain bila kita yang merasakannya malah lebih susah ketimbang orang tersebut yang merasakannya, So, jangan anggap dunia ini kiamat kalau masalah kita berat karena banyak orang yang lebih susah dari kita dan mereka masih berjuang.

Seberapa berat masalah kita ternyata kita juga harus tetap memikirkan dan berusaha membantu masalah saudara kita, jangan sampai syetan berkata dihati “masalah sendiri aja udah ribet, disuruh mikirin masalah orang lagi” karena ga mau kan disebut bukan termasuk umat Rasulullah SAW, karena umat Rasulullah SAW memikirkan saudara muslimnya yang lain. Jadi katakan pada saudara muslim kita “aku lagi mikirin kamu” tapi hati-hati ya, jangan coba ke lawan jenis, daripada nanti jadi kasus.



Masih beratkah masalah kita? Padahal masih banyak saudara kita di bantai di sana, masih beratkah masalah kita dibanding anak-anak yang melihat ayah mereka dibunuh dan ibu mereka diperkosa? Masih beratkah masalah kita disaat mereka kelaparan dan tidak bisa menikmati pendidikan? Ternyata masalah kita belum tentu sebanding dengan masalah saudara kita yang seharusnya kita bantu selesaikan.

Saudaraku nun jauh disana kami disini masih dan tetap memikirkan kalian, walaupun disinipun kami mempunyai masalah tetapi kami sadar kalian benar-benar membutuhkan bantuan melebihi kami. Kita sama-sama terkungkung dalam kelompok Fir’aun yang mengkotak-kotakan kita dalam sekat busuk nasionalisme, kami sadar kami belum seberani kalian sudah berani melengserkan Fir’aun sehingga kalian menerima ujian fisik yang disini belum kami rasakan dan pada saatnya akan kami rasakan karena cepat atau lambat mereka juga akan membunuh kami.

Kalian disana berjuang dengan batu-batu yang meluncur deras ke tank-tank berlapis baja, disini kamipun hampir tidak bisa menyelamatkan saudara-saudara kami yang dimurtadkan didepan mata kami. Disaat kalian sudah mengangkat senjata demi membela agama, kami disini masih dihina dengan pelarangan jilbab. Disana tiket ke syurga telah di sebar, disini tiket neraka masih menutupi.

Bila saat ini kita belum bisa berjuang bersama, maka tetaplah do’a kita menyatukan hati kita. Selama senjata masih ditangan dan iman dihati tolong jangan pernah kalian tinggalkan negeri kita, negeri yang leluhur perjuangkan dengan harta dan darah, karena kami tidak mau dipermalukan karena tidak bisa seberani kalian atau seperti pasrah dijajah orang kafir dan antek-anteknya melalui hukum yang ada.

Do’a inilah pemersatu dan senjata utama kita, ini tanah kita, kita hanya membela hak kita sebagai hamba Alloh SWT dan jangan hiraukan celaan orang yang suka mencela, hidup mulia atau syahid.

Jumat, 06 Januari 2012

TAKUT ADA UNTUK DILAWAN

Phobia, entah saya pikir itu lebih lebih cocok sebagai nama orang orang daripada disebut sebuah nama yang artinya takut akan sesuatu, katanya sih cara menghadapi phobia itu ya tentu dengan melawannya, misalkan takut ketinggian maka duduklah di pinggir atap gedung, kalau takut gelap pergilah ke tempat gelap, kalau takut ular jangan cari ular karena kalo takut ular, singa, petir itu bukan phobia tapi memang tabi’at.

Tetapi saya mulai berfikir karena biasanya saya malas berfikir, andaikan si Edison penemu bola lampu itu yang takut gelap hanya sekedar menghadapi gelap tanpa menghadapinya belum tentu sekarang ada lampu, jadi sebagai tambahan disaat kita menghadapi rasa phobia kita kita hadapi sekaligus kita cari solusi untuk masalah kita itu (halah sok tua)


Ini yang sedang membuat saya bingung, aplagi kalau bukan masalah nikah (maaf nih ngmongin nikah terus daripada ngomongin orang) disaat saya tau kondisi saya yang kemungkinan besar tidak bisa nikah muda, sangat menggebu-gebunya saya berusaha agar orang tua saya mengizinkan saya bisa menikah muda, tetapi disaat orang tua sudah memberi izin malah membuat saya jadi berfikir berulang-ulang untuk menikah.

Pertama saya menganggap ternyata sewaktu saya ingin menikah dulu hanya perasaan semangat untuk menghadapi sebuah tantangan, jadi setelah tantangan itu selesai ya sudah selesai juga, selesai orang tua saya mengizinkan ya selesai juga semangat saya untuk menikah. Ternyata dibayangan sekarang menikah bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan seperti apa yang sering dikatakan teman-teman saya, mulailah hal-hal menakutkan terjadi.

Ini dia didikan emak saya yang selalu mengatakan “pikir pahitnya dulu” tapi kalo pikir pahitnya dulu dan melulu bisa jadi perjaka lapuk nih urusannya hiyy… bukan hal mudah nambah tanggung jawab, belum lagi omongan orang diluar, saya ingat sewaktu membeli makanan ke tempat ibunya teman saya, beliau (si ibu) bilang tentang nikah, dan biasa persepsi orang nikah muda itu pasti jelek, saya ga salahin itu ibu tentu yang saya salahkan orang yang nikah muda gara-gara “kecelakaan” dan juga masalah kesejahteraan, apakah menikah harus nunggu sukses dulu? Ancur dunia persilatan kalo gitu, kalo ga sukses ga nikah-nikah dong? Nanti nikahnya karena udah kelewat tua dan pilihnya pasangannya akhirnya yang mana aja yang penting nikah.

Buang semua itu, itu Cuma omongan orang awam yang menganggap nikah itu pintu terakhir kehidupan dan kesuksesannya, saya yakin bagi saya nikah adalah jalan menuju sukses, nikah menjaga diri kita, nikah juga membuat hidup kita lebih teratur saya ga mau menjadi kasus seperti teman kerja saya sekarang hampir umur tiga puluh belum nikah dengan alasan belum ada pekerjaan tetap dan gaji yang layak, dengan ini saya nyatakan perang dengan ketakutan saya tentang menikah dan dengan ini saya nyatakan mau menelpon ustad saya untuk segera mencarikan orang yang mau menikah dengan saya dengan syarat yang diajukan orang tua saya (kalo saya udah malas pilih-pilih secara spesifik), agar memudahkan saya untuk restu orang tua maka saya ikuti syarat dari orang tua (ortu Cuma minta yang lebih muda dari saya).

Ups, lupa dapet bocoran sewaktu acara kemaren, memang benar mau menikah lebih baik dicarikan aja orang orang lain langsung dihadapkan ke kita, daripada cari sendiri dari mereka yang suka main perasaan sampai berbagai macam masalah lainnya hingga kasus gagal nikah. Masalah cinta udah gampang yang penting ada orang mau nikah syarat lolos (jangan syaratnya kebanyakan) orang tua pihak satunya ga nyusahin, lanjut mang ke ijab kabul.. kalo gitu tarik baaaanng…

Eits lupa, jangan tersungging (tersinggung) buat yang cari sendiri karena itu ga masalah kok, tapi ya tadi main perasaannya lebih banyak dan lebih lama biasanya :-D mudah-mudahan kita engga yak (engga beda).