Jumat, 27 Januari 2012

MIKIRIN KAMU


Bagaimana hari kita sekarang? Apakah ada pekerjaan yang diselesaikan? So pasti ada! Atau ada masalah yang masih kita coba selesaikan? Berbicara masalah, setiap manusia mempunyai masalah masing-masing dengan tingkatan kesulitan yang berbeda, sebenarnya tingkat kesulitan sebuah masalah itu relatif mungkin aja masalah orang lain bila kita yang merasakannya malah lebih susah ketimbang orang tersebut yang merasakannya, So, jangan anggap dunia ini kiamat kalau masalah kita berat karena banyak orang yang lebih susah dari kita dan mereka masih berjuang.

Seberapa berat masalah kita ternyata kita juga harus tetap memikirkan dan berusaha membantu masalah saudara kita, jangan sampai syetan berkata dihati “masalah sendiri aja udah ribet, disuruh mikirin masalah orang lagi” karena ga mau kan disebut bukan termasuk umat Rasulullah SAW, karena umat Rasulullah SAW memikirkan saudara muslimnya yang lain. Jadi katakan pada saudara muslim kita “aku lagi mikirin kamu” tapi hati-hati ya, jangan coba ke lawan jenis, daripada nanti jadi kasus.



Masih beratkah masalah kita? Padahal masih banyak saudara kita di bantai di sana, masih beratkah masalah kita dibanding anak-anak yang melihat ayah mereka dibunuh dan ibu mereka diperkosa? Masih beratkah masalah kita disaat mereka kelaparan dan tidak bisa menikmati pendidikan? Ternyata masalah kita belum tentu sebanding dengan masalah saudara kita yang seharusnya kita bantu selesaikan.

Saudaraku nun jauh disana kami disini masih dan tetap memikirkan kalian, walaupun disinipun kami mempunyai masalah tetapi kami sadar kalian benar-benar membutuhkan bantuan melebihi kami. Kita sama-sama terkungkung dalam kelompok Fir’aun yang mengkotak-kotakan kita dalam sekat busuk nasionalisme, kami sadar kami belum seberani kalian sudah berani melengserkan Fir’aun sehingga kalian menerima ujian fisik yang disini belum kami rasakan dan pada saatnya akan kami rasakan karena cepat atau lambat mereka juga akan membunuh kami.

Kalian disana berjuang dengan batu-batu yang meluncur deras ke tank-tank berlapis baja, disini kamipun hampir tidak bisa menyelamatkan saudara-saudara kami yang dimurtadkan didepan mata kami. Disaat kalian sudah mengangkat senjata demi membela agama, kami disini masih dihina dengan pelarangan jilbab. Disana tiket ke syurga telah di sebar, disini tiket neraka masih menutupi.

Bila saat ini kita belum bisa berjuang bersama, maka tetaplah do’a kita menyatukan hati kita. Selama senjata masih ditangan dan iman dihati tolong jangan pernah kalian tinggalkan negeri kita, negeri yang leluhur perjuangkan dengan harta dan darah, karena kami tidak mau dipermalukan karena tidak bisa seberani kalian atau seperti pasrah dijajah orang kafir dan antek-anteknya melalui hukum yang ada.

Do’a inilah pemersatu dan senjata utama kita, ini tanah kita, kita hanya membela hak kita sebagai hamba Alloh SWT dan jangan hiraukan celaan orang yang suka mencela, hidup mulia atau syahid.

Jumat, 06 Januari 2012

TAKUT ADA UNTUK DILAWAN

Phobia, entah saya pikir itu lebih lebih cocok sebagai nama orang orang daripada disebut sebuah nama yang artinya takut akan sesuatu, katanya sih cara menghadapi phobia itu ya tentu dengan melawannya, misalkan takut ketinggian maka duduklah di pinggir atap gedung, kalau takut gelap pergilah ke tempat gelap, kalau takut ular jangan cari ular karena kalo takut ular, singa, petir itu bukan phobia tapi memang tabi’at.

Tetapi saya mulai berfikir karena biasanya saya malas berfikir, andaikan si Edison penemu bola lampu itu yang takut gelap hanya sekedar menghadapi gelap tanpa menghadapinya belum tentu sekarang ada lampu, jadi sebagai tambahan disaat kita menghadapi rasa phobia kita kita hadapi sekaligus kita cari solusi untuk masalah kita itu (halah sok tua)


Ini yang sedang membuat saya bingung, aplagi kalau bukan masalah nikah (maaf nih ngmongin nikah terus daripada ngomongin orang) disaat saya tau kondisi saya yang kemungkinan besar tidak bisa nikah muda, sangat menggebu-gebunya saya berusaha agar orang tua saya mengizinkan saya bisa menikah muda, tetapi disaat orang tua sudah memberi izin malah membuat saya jadi berfikir berulang-ulang untuk menikah.

Pertama saya menganggap ternyata sewaktu saya ingin menikah dulu hanya perasaan semangat untuk menghadapi sebuah tantangan, jadi setelah tantangan itu selesai ya sudah selesai juga, selesai orang tua saya mengizinkan ya selesai juga semangat saya untuk menikah. Ternyata dibayangan sekarang menikah bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan seperti apa yang sering dikatakan teman-teman saya, mulailah hal-hal menakutkan terjadi.

Ini dia didikan emak saya yang selalu mengatakan “pikir pahitnya dulu” tapi kalo pikir pahitnya dulu dan melulu bisa jadi perjaka lapuk nih urusannya hiyy… bukan hal mudah nambah tanggung jawab, belum lagi omongan orang diluar, saya ingat sewaktu membeli makanan ke tempat ibunya teman saya, beliau (si ibu) bilang tentang nikah, dan biasa persepsi orang nikah muda itu pasti jelek, saya ga salahin itu ibu tentu yang saya salahkan orang yang nikah muda gara-gara “kecelakaan” dan juga masalah kesejahteraan, apakah menikah harus nunggu sukses dulu? Ancur dunia persilatan kalo gitu, kalo ga sukses ga nikah-nikah dong? Nanti nikahnya karena udah kelewat tua dan pilihnya pasangannya akhirnya yang mana aja yang penting nikah.

Buang semua itu, itu Cuma omongan orang awam yang menganggap nikah itu pintu terakhir kehidupan dan kesuksesannya, saya yakin bagi saya nikah adalah jalan menuju sukses, nikah menjaga diri kita, nikah juga membuat hidup kita lebih teratur saya ga mau menjadi kasus seperti teman kerja saya sekarang hampir umur tiga puluh belum nikah dengan alasan belum ada pekerjaan tetap dan gaji yang layak, dengan ini saya nyatakan perang dengan ketakutan saya tentang menikah dan dengan ini saya nyatakan mau menelpon ustad saya untuk segera mencarikan orang yang mau menikah dengan saya dengan syarat yang diajukan orang tua saya (kalo saya udah malas pilih-pilih secara spesifik), agar memudahkan saya untuk restu orang tua maka saya ikuti syarat dari orang tua (ortu Cuma minta yang lebih muda dari saya).

Ups, lupa dapet bocoran sewaktu acara kemaren, memang benar mau menikah lebih baik dicarikan aja orang orang lain langsung dihadapkan ke kita, daripada cari sendiri dari mereka yang suka main perasaan sampai berbagai macam masalah lainnya hingga kasus gagal nikah. Masalah cinta udah gampang yang penting ada orang mau nikah syarat lolos (jangan syaratnya kebanyakan) orang tua pihak satunya ga nyusahin, lanjut mang ke ijab kabul.. kalo gitu tarik baaaanng…

Eits lupa, jangan tersungging (tersinggung) buat yang cari sendiri karena itu ga masalah kok, tapi ya tadi main perasaannya lebih banyak dan lebih lama biasanya :-D mudah-mudahan kita engga yak (engga beda).