Rabu, 21 September 2011

Sedikit Cara Mengatasi Perpecahan


 Pernah lihat "pertengkaran" antar muslim, dari debat tukang kusir sampai mengucapkan kopar-kapir, jelas perdebatan yang terjadi memang perbedaan cara berfikir. Sebenarnya dakwah itupun sudah berat kenapa harus ditambah dengan "konflik" yang sebenarnya bisa dihindarkan. Setelah berkontemplasi begitu keras sehingga keluar korong (upil) dari hidung, ada beberapa kesimpulan utama yang didapatkan bagaimana cara menghindari konflik antar gerakan islam ini.

Hal yang pertama yang cukup mudah, tentu kita membatasi diri dari perbedaan, atau lebih baik jangan membahas perbedaan itu sendiri, lalu bagaimana bila mereka yang memulai? Yah liat situasi, bila itu cuma di dunia maya mereka ngoceh-ngoceh mau diapain? Percuma diladenin pun mereka pasti ga mau kalah walaupun salah, jangan melakukan pembantahan atau perlawanan ditempat mereka, kalo mau bantah buat ditempat sendiri atau lakukan gerilya dengan mempengaruhi sebagian orang.

Contoh kita datang dalam sebuah pengajian, yah kita tau pengajiannya mungkin seperti yang ditivi-tivi, hal-hal yang ga enakin jamaah ga dibicarain, yang penting pembicaraan mereka bisa menghipnotis jamaah dengan ciri khas mereka, jamaaaaahh oh jamaaaah…. Yang penting sih hindari debat, jadi bila kita ingin membantah sebisa mungkin bantahan kita itu hanya berbentuk sebuah pertanyaan, dan jangan dijawab lagi jikalau bilamana seandainya (weleh) jawaban mereka melenceng. Jadi menyembunyikan kebenaran dong kita? Bukan gitu, sebagaimanapun kita mencoba membatah itu jamaah mereka, mereka sebagai “penguasa”, jadi sarannya lebih baik melakukan gerilya atau mempengaruhi personal demi personal, it’s more work.
Selanjutnya, lihatlah setiap gerakan masih mempunyai persamaan ketaatan dan pelepasan diri kita terhadap sesuatu kata kerennya Wala’ dan Bara’ kita, tentu kelompok yang ber-wala’ kepada pemerintah ga akan toleran dengan yang berbara’ begitupun sebaliknya. Jadi sebaiknya semoga kita ber-wala’ kepada Alloh dan ber-bara’ kepada siapa aja yang menentang Alloh dan hukum-hukum-Nya, ingat guys, ketaatan manusia terhadap Alloh bersifat mutlak, sedangkan dengan yang lainnya bersifat relatif.

Selanjutnya dan lebih radikal tapi sebenarnya lebih ampuh dan diterapkan juga oleh musuh-musuh kita, dilihat semenjak tumbangnya Uni Soviet sebagai lawan Amerika dan berakhirnya perang dingin diantara keduanya mulai banyak tuh yang membicarakan apakah lagi yang berpotensial untuk meruntuhkan kedigdayaan Amerika? Dan yang terkenal itu semenjak si Huntington (Samuel P. Huntington) mengeluarkan teori tentang Clash of Civilizations, sebenarnya memang dia membagi islam dan bagi dia yang sangat berbahaya itu orang islam yang ingin mengembalikan kejayaan islam lewat sebuah negara.

Kekahawatiran Huntington itu wajar karena udah banyak umat islam yang menyuarakan kembalinya kehidupan islam secara menyeluruh, dari kemenangan mutlak FIS di Aljazair sampai gerakan-gerakan islam yang menyuarakan kembalinya negara islam. Penyataan dia pun di aminkan sama orang-orang kafir lainnya terutama Amerika, semenjak itulah Islam yang sebenarnya udah hancur lembur semenjak Mustafa Kemal Atatürk membubarkan kekhilafahan Turki Utsmani (tetapi disejarah sering disebut Ottoman, karena kalo dibuku sejarah ditulis Turki Utsmani kelihatan islamnya), jadilah islam adalah musuh mereka.

Udah hal umum sebuah kedigdayaan itu perlu musuh, begitu juga Amerika demi menguatkan status mereka sebagai negara Adikuasa mereka membutuhkan musuh untuk menunjukkannya dan islamlah pilihan mereka setelah runtuhnya Uni Soviet (pilihan bagus, dengan begitu umat islam yang udah lama tidur bisa bangkit) bukan hanya islam radikal karena mereka menganggap selama orang itu agamanya islam maka itu musuh, kalo mereka ga bisa dijadikan budak mereka ya jadi musuh (jadi pilihannya mau ikut Amerika atau jadi musuh mereka).

Kembali lagi dengan perpecahan yang terjadi dalam islam, begitu juga dengan yang mereka terapkan, ternyata dengan adanya musuh bersama bisa menyatukan kekuatan, kita ambil contoh aja seperti di Afghanistan sewaktu diserang oleh Uni Soviet, umat islam berbondong-bondong membantu saudara kita disana, tetapi apa yang terjadi setelah Uni Soviet mundur dan kalah? Perang saudara terjadi disana. Sebenarnya dengan contoh itupun kita bisa menyimpulkan butuhnya musuh bersama untuk menyatukan setiap muslim dengan begitu perpecahan minimal bisa di hentikan sementara.

Masalah terakhir, andaikan kasus seperti Afghanistan terjadi juga, setelah musuh bersama kita ini hancur apakah perpecahan akan kembali terjadi? Kemungkinan besar akan terjadi lagi, sehingga pemimpin yang menyatukan seluruh kaum muslim wajib dan perlu adanya, bukan pemimpin yang membebek kepada Amerika dan sekutunya, bukan pemimpin yang tidak mau menerapkan hukum Alloh, tetapi pemimpin yang sangat taat kepada Alloh sehingga dia tidak berani untuk tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah menjadi landasan hukumnya, pemimpin yang berani membela hak kaum muslim dimanapun dia berada dan tidak disekat dengan batas wilayah dan nasionalisme, pemimpin yang tidak akan didapat dalam demokrasi. Islam sudah sempurna jadi tidak usah pake cara lain.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar